Haji merupakan ibadah yang sangat penting bagi umat Islam karena merupakan bentuk ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Melalui haji, seseorang dapat mencapai kesucian, ketaqwaan, dan kesalehan.
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ ٢٧
“Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS Al Hajj : 27)
Ibadah haji sudah dilakukan sejak zaman Nabi Adam alaihissalam. Menurut sejumlah pendapat, Nabi Adam alaihissalam mengikuti tata cara tawaf para malaikat. Dikatakan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala murka pada para malaikat dan Dia berpaling. Akhirnya, para malaikat lari menuju ‘Arsy. Mereka menengadah sambil memohon ampun karena takut akan murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Lalu, para malaikat tawaf mengelilingi ‘Arsy sebanyak tujuh kali–seperti tawaf jemaah haji di Ka’bah saat ini. Sambil bertawaf, mereka menyeru, “Ya Allah kami datang menyambut panggilan-Mu, kami datang memohon ampunan-Mu, kami memohon ampunan dan bertobat kepada-Mu. Melihat itu, kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan rahmat-Nya dan membuat sebuah rumah di bawah ‘Arsy yaitu al-baitul ma’mur. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Tawaflah kamu mengelilingi rumah ini dan tinggalkanlah ‘Arsy.”
Akhirnya, mereka tawaf di al-baitul ma’mur dan itu dirasa lebih mudah oleh mereka daripada tawaf mengelilingi ‘Arsy. Kemudian, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan para malaikat di bumi agar tawaf mengelilingi bangunan tersebut sebagaimana tawafnya para malaikat di langit mengelilingi al-baitul ma’mur.
Maka, Nabi Adam alaihissalam pun bertawaf mengelilinginya, demikian juga orang mukmin yang hidup setelahnya. Hingga saat terjadi banjir di masa Nabi Nuh alaihissalam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat Ka’bah kembali ke langit agar tidak dicemari dosa penduduk bumi. Saat itu, Ka’bah dimuliakan di langit. Nabi Ibrahim alaihissalam kemudian menelusuri jejaknya dan membangun Ka’bah yang baru, tapi dengan fondasi dari Ka’bah yang lama. Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membuat Ka’bah sebagai tempat ibadah yang dikunjungi oleh umat manusia. Nabi Ibrahim alaihissalam juga diperintahkan untuk menyembelih putranya, Isma’il, sebagai tanda ketaatan dan pengorbanan. Namun, Tuhan menggantikan Isma’il dengan seekor domba sebagai korban. Karena itu, haji juga diartikan sebagai pengorbanan.